Assalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokaatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin wabihi
nasta’inu ‘ala ummuriddun ya waddin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma
ba’du.
Untuk yang pertama, marilah kita bersama
panjatkan puji serta syukur kehadirat sang Khaliq Illahi Rabbi yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis
yang insya Allah dimuliakan oleh Allah swt.
Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjunan alam, sang pembawa kebenaran, sang pencerah, pembebas
umat manusia dari kejahiliyahan, habibana wa nabiyyana Muhammad saw, kepada
keluarganya, kepada sahabat-sahabatnya, kepada tabi’in dan tabi’atnya serta
kepada kita selaku umatnya sampai akhir zaman kelak.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada
bapak Supriatna yang telah hadir selaku guru mata pelajaran PAI juga terima
kasih atas waktu dan tempatnya.
Perkenalkan, Ismi Latifah Nurrahmah
Juhara, dari kelas XI IPA 4, pada kesempatan kali ini saya akan membahas
mengenai pacaran, suatu hal yang dianggap lumrah namun sesungguhnya dibaliknya
terdapat maksiat yang berbungkus kasih sayang.
Hadirin Rahimakumullah,
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang
tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah
bercintaan; berkasih-kasihan.
Namun, apakah hadirin mengetahui berasal
dari kata apakah pacar itu?
Pacar sendiri berasal dari nama sejenis
tanaman hias yang cepat layu dan mudah disemaikan kembali. Tanaman ini tidak
bernilai ekonomis sehingga tidak diperjual belikan malah sering di temuka liar
di semak-semak.
Dari asal kata pacar tadi, sudah
tersurat apa itu pacaran, suatu hubungan yang mudah layu, namun mudah tumbuh
lagi, seperti halnya gaya pacaran remaja saat ini yang biasa disebut dengan
putus-nyambung. Lantas apa maksudnya tidak bernilai ekonomis? Saya tegaskan,
bahwa pacaran merupakan aktivitas yang kurang bernilai bahkan tidak bernilai,
karena dalam hukum islam tidak terdapat istilah pacaran.
Lalu, apakah salah ketika rasa cinta
tumbuh di hati kita?
Jelas tidak! Karena itu manusiawi, Allah
berfirman dalam Q.S. Maryam [9];96 (.........................................................................................................................................)
Yang artinya:
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan
menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”
Jadi setiap manusia yang beriman pasti
memiliki rasa cinta dan kasih sayang, sekalipun itu seorang yang keras sama
sekali. Cinta dan Kasih sayang adalah fitrah seorang manusia. Tapi apakah Cinta
harus selalu berhubungan dengan pacaran?
Yang remaja saat ini pahami mengenai cinta yaitu “Cinta+Lawan
Jenis=Pacaran” padahal kenyataannya dan yang sesuai dengan aturan Islam
tidaklah seprti itu, buktinya banyak yang bisa berhubungan dan berkomunikasi
dengan lawan jenis bahkan sampai menikah tanpa berpacaran terlebih dahulu. Begitu
pula dengan cinta sejati Rasulullah dengan Siti Khadijah, Siti Khadijah
menikahi Rasulullah bukan karena fisik, materi ataupun status sosial,
Rasulullah dan Siti Khadijah pun tidak berpacaran terlebih dahulu. Jalan tepat
yang bisa ditempuh yakni dengan ta’aruf, khitbah kemudian menikah.
Menikah? Apakah tidak terlalu jauh?
Disinilah ikhtiar kita dan keistiqomahan
kita diuji, ketika kita harus menjaga hati kita dari yang namanya pacaran.
Ketika kita suka terhadap lawan jenis, dan sekiranya perasaan sayang sudah
tertanam di hati keduanya, ya do’akan sajalah. Tidak perlu juga kita berusaha
keras meminta hati dan pikiran untuk mematikan perasaan tersebut. Hanya kita
harus mampu mengendalikan persaan tersebut, jangan sampai kita yang
dikendalikan. Jika kita yakin dia adalah orang yang tepat untuk menjadi
pendamping hidup, mintalah pada Allah agar kelak kita dipersatukan dalam
bingkai pernikahan. Tidak salah kok kita meminta seperti itu.
Hadirin Rahimakumullah,
Justru apabila kita mempertahankan
hubungan pacaran kita, karena alasan cinta dan kasih sayang, sesungguhnya itu
akan membuat orang yang kita sayang bertambah banyak dosanya, kita tak mau itu
terjadi kan? Ketika sedang dalam hubungan berpacaran, pikiran dan hati kita tak
pernah lepas dari orang yang kita sayang, seperti dalam sebuah lagu; “aku mau
makan, ku ingat kamu, aku mau tidur juga ingat kamu, aku mandi ku ingat kamu”
lalu, kapan kita mengingat Allah? Apakah hanya saat kita salat? Itupun jika
salat. Sesungguhnya Allah itu harus selalu ada dalam hati dan pikiran kita,
ketika kita lupa pada Allah, disanalah setan berbahagia karena itulah salah
satu tujuannya. Allah berfirman dalam
Q.S. Al-Mujaadilah[58];19 :
Q.S. Al-Mujaadilah[58];19 :
(.........................................................................................................................................)
Artinya :
“Syaitan telah
menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah
golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan
yang merugi.”
Hadirin Rahimakumullah,
Janganlah sekali-kali
kita berharap dan masuk kedalam golongan syaitan, Naudzubillah.
Selain pikiran kita
yang diserang oleh virus pacaran, perbuatan kita juga bisa terkena, itu jelas.
Apalagi gaya pacaran remaja saat ini yang sudah tidak malu-malu lagi,
naudzubillah. Setiap malam minggu, adalah waktunya wakuncar, tau wakuncar?
Waktu kunjung pacar, kemudian jalan ketempat-tempat remang dan sepi, duduk
bercengkrama berduaan. Kemungkinan apa yang akan terjadi? Wallahu alam. Dalam
Q.S. Al-Israa[17];32, Allah berfirman:
(.........................................................................................................................................)
Artinya:
“Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.”
Sepertinya masih ada
sanggahan nih, “Pacaran kan banyak manfaatnya!”
Baiklah, sesungguhnya
semua alasan yang mendukung pacaran hanyalah pembenaran semata.
“Pacaran kan bikin
semangat belajar, kita jadi punya penyemangat!”
Masa iya? Mari kita
perhatikan anak-anak yang memiliki alasan tadi, di kelas sepertinya sering
terlihat malas dengan wajah ditekuk entah apa yang terjadi dengan pacarnya.
“Pacran ajang
perkenalan sebelum menikah dan menyalurkan kasih sayang!”
Kalau perkenalan,
apakah harus ada pegangan tangan dan jalan bareng? Lalu, apakah
“putus-nyambung-putus-ganti pacar” adalah kasih sayang? Jika masih ada yang
beralasan untuk mencari yang cocok, hanya seorang yang tidak gentle yang
melakulan hal itu, karena ketika sudah menikah, tidak bisa semudah memutuskan
hubungan dengan pacar. Pacaran juga banyak galaunya daripada happynya, entah
benar atau salah, tapi ketika saya membuka socnet Facebook ataupun Twitter,
tulisan-tulisan yang nampak jelas adalah keluhan-keluhan seseorang terhadap
pacarnya, seperti “Argh! Si dia ga bales SMS aku! Jangan-jangan dia...” tidak
hanya 1 yang menulis hal seperti ini, dari 1 tulisan ini juga kita dapat
melihat madarat dari pacaran yang lainnya, yakni Su’udzan.
Hadirin Rahimakumullah,
Jika sudah datang ilmu
kepada kita, mengapa tidak kita amalkan?
Tetaplah menjadi seorang yang istiqomah, selalu berkumpul bersama
orang-orang shaleh, terus berdakwah, menjaga pergaulan dan menghindari pemicu
syahwat, Insya Allah maksiat akan jauh dan kita akan semakin dekat dengan
Allah. Wallahualam bishshawab.
Burung pelikan makan
ikan
Sekian yang dapat saya sampaikan
Sekian yang dapat saya sampaikan
Bila ada burung di
sawah, janganlah ditembak mati
Jika ada kata-kata yang salah jangan masukkan kedalam hati
Jika ada kata-kata yang salah jangan masukkan kedalam hati
Kesempurnaan hanya
milik Allah, saya mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, akhirul
kalam Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakaatuh.
Source: Majalah D'rise, Buku Fiqih Remaja Kontemporer, Al-Qur'an.
Komentar
Posting Komentar